GAMABARAN MEKAH TAHUN 1885
Kemegahan bangunan dan kota Mekkah ternyata telah terekam sejak tahun
1885. Sebuah koleksi foto berwarna sepia merekam Mekkah, tempat suci
pertama bagi umat Islam, di masa lalu telah dipamerkan di Dubai
menjelang haji tahunan. Foto hasil teknologi kamera di masa itu ternyata
dijepret oleh Cristiaan Snouck Hugronje, seorang warga Belanda yang
dikenal di Indonesia sebagai seorang orientalis.
Snouck
menggunakan temuan terbaru dari Thomas Edison untuk merekam gambar
Mekkah saat itu. Siapa yang tidak mengenal Snouck Hugronje, orang di
Indonesia tentu mengenalnya, sebagai seorang Belanda yang muslim.
Orientalist or Master Spy: Christiaan Snouck Hurgronje and Dutch Rule in Indonesia
Peter Hamburger
Monday 17 March 2008
5.30 pm
Conference Room, free
In colonial Indonesia in 1911, the orientalist Christiaan Snouck
Hurgronje proposed a shift in the Dutch ideal from ‘peace and order’ to
‘order and progress’. He failed to overturn the colonial preference for
stability, leaving weaknesses in the colonial political system that have
implications to the present day.
Today, Snouck Hurgronje is better remembered for crossing boundaries in
his official and personal life than for his failure to reform a colonial
government. He combined seminal scholarship with intelligence-gathering
and counter-insurgency warfare, advised on colonial policy towards
Islam while secretly a practising Muslim, and held high official
positions as a westerner while living privately as an oriental.
This presentation, based on the National Library’s Indonesian
collection, uses Snouck Hurgronje’s contradictory life to examine reform
tendencies within the colonial government in Indonesia and some
enduring consequences.
Peter Hamburger is a Canberra-based researcher who specialises in the
structures and processes of bureaucracy.
He formerly headed the Australian Cabinet Secretariat
Gambar-gambar
foto tersebut sangat menakjubkan, kata Elie Domit, direktur galeri
Dubai's Empty Quarter yang menjadi tuan rumah pameran.
"Orang-orang cenderung lupa situasi yang menyebabkan kamera hari ini sangat fleksibel dan ringa," katanya kepada CNN.
"Di
hari Snouck, mungkin beratnya sekitar 40 kilogram, dan ia harus
mengambil semua bahan kimia untuk pengembangan, yang ia lakukan di
tempat itu."
"Dan ia tidak hanya mengambil foto, tetapi juga
merekam suara. Dapatkan Anda bayangkan pergi ke sana dan akan melalui
semua kesulitan untuk merekam momen di dalam sejarah? Ini sangat
menarik."
Juga yang membuat menarik, kata Domit, adalah cerita
Snouck sendiri. Seorang penumpang perintis, kehadiran orang Barat langka
di Mekkah, tetapi menganut budaya dan agama dengan penuh semangat,
masuk Islam.
Dia tinggal selama lima bulan, mendokumentasikan
menjelang haji, meskipun ia bermaksud untuk tinggal selama ibadah haji,
ia terpaksa pergi setelah tuduhan keterlibatan dalam upaya mencuri
artefak sejarah.
"Jadi ketika mereka mendengar desas desus bahwa
ia seorang pencuri, ia harus melarikan diri, meninggalkan peralatan
kamera di belakang," lajnutnya.
Peralatan itu tidak sia-sia.
Setelah keberangkatan Snouck, Sayid Abd al-Ghaffar, seorang dokter
setempat yang telah bekerjasama dengan orang Belanda, mulai menggunakan
kamera, mungkin menjadi fotografer pertama Mekkah.
Al-Ghaffar
melanjutkan pengiriman gambar-gambarnya ke Snouck di Belanda. Banyak
foto-foto awalnya disandingkan pada semata-mata pada Snouck tetapi
mereka sekarang menyandingkannya secara bersama-sama.
Gambar-gambar
hasil jepratan mereka, diarsipkan oleh Leiden University Library,
diterbitkan empat tahun setelah perjalanan Snouck.
Menurut Domit,
Snouck tidak pernah mengatakan dirinya bahwa ia mata-mata karena tidak
ada Hollywood membayar ton uang untuk cerita di dalamnya, tetapi sudah
banyak dokumen dan sejarawan mengklaim ini.
"Kemungkinan besar
dia bekerja sebagai agen spionase dalam rangka memberikan informasi
kepada Belanda yang memimiliki keinginan untuk mencari tahu tentang
pemberontak Muslim yang mencoba menggulingkan kolonialisme Belanda."
"Tapi
dia juga sangat yakin tentang negara Islam, sangat luas dan sangat
berdedikasi. Dia semacam dikotomi: Ia dikirim pada sebuah misi, tetapi
setelah dia tiba ia yakin olehnya dan masuk Islam."
Di Indonesia,
nama Snouck bukanlah nama yang asing. Ia dikenal sebagai seorang
orientalis. Hal yang segera disampaikan kepada pemerintah Belanda,
adalah mengusahakan pemisahan Islam dan politik di negeri jajahan. Para
jamaah haji diawasi, karena berpotensi membawa ide pan-Islamisme ke
Aceh. Ini bertentangan dengan kepentingan Belanda.
Dalam sebuah
sumber, Sebagaimana dikutip dalam bukunya, Musthafa A'zhami, The History
of The Qur'anic Text, Nöldeke, telah menuduh Nabi Muhammad sebagai
penulis Al-Quran dan orang jahil. Selanjutnya, dalam suratnya, Snouck
menegaskan bahwa keIslaman dan semua tindakannya adalah permainan untuk
menipu orang Indonesia demi mendapatkan informasi.
Ia menulis
"Saya masuk Islam hanya pura-pura. Inilah satu-satulnya jalan agar saya
bisa diterima masyarakat Indonesia yang fanatik. "
Demikianlah,
di saat-saat terakhir Khilafah masih berdiri, kota mekkah berdiri dengan
megah. Sejak awal, mekkah dan ibadah haji menjadi tempat bersejarah
bagi meluasnya dakwah Islam. Bahkan, ketika awal berdirinya Daulah Islam
pertama, di saat ibadah haji itulah, Rasulullah Saw. meminta
pertolongan kepada jamaah haji untuk menegakkan Islam.
Kini, kaum
Muslim merindukan, Mekah dan ibadah haji dapat kembali kepada peran
semula. Bukan hanya semata-mata ibadah ritual, namun terdapat makna
mendalam tentang bersatunya kaum Muslim di seluruh dunia.
Kini
kaum Muslim terpecah belah. Nyawa umat Islam begitu murah. Realitas di
Palestina, Irak, Afghanistan, Kashmir, Moro, Pattani dan tempat lainnya
menjadi buktinya. Padahal Nabi telah memerintahkan dalam Haji Wada':
«فَإِنَّ
دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ
كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ»
"Sesungguhnya
darah kalian, harta dan kehormatan kalian adalah merupakan kemuliaan
bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari ini, di bulan ini dan di negeri
ini."
No comments:
Post a Comment